
Keadaan lampung kini berbeda dengan masa
lalu, dimasa lalu lampung dikenal sebagai daerah penghasil kopi yang enak
kopinya, kita dikenal karena kopinya, tapi itu dulu.. dan itu hanya masa lalu,
bagaimana dengan saat ini? Dikala malam lampung adalah tempat yang mengerikan,
malamnya lampung identik dengan lautan darah yang memantulkan cahaynya
kelangit, darah itu terus mengalir tiada henti.. darah itu telah membuat
kesenjangan sosial, tetapi dilain sisi itu adalah cipratan darah yg telah
meringankan beban rakyat yang menderita karena kemiskinannya, dilain sisi darah
itu membuat masyarakat lampung pribumi maupun non pribumi untuk bermawas diri,
karena telah banyak sekali para korban yang dibunuh secara brutal oleh para
kriminalitas benama “Begal”.
Kepingan kepingan dimasa lalu yang sudah
terserak karena isu begal yang merajalela itu, akibatnya kini lampung tidak
lagi dikenal karena kopinya, melainkan hanya dijadikan bahan mainan untuk
diperolok-olokan ataupun ditakuti karena tindak kriminalitas yang cukup massif
dimalam hari. Kita makin terpuruk dan semakin terpuruk. Keterpurukan ini sangat
berdampak sekali pada daya saing, dalam banyak aspek kita tidak lagi berdaya
ketika berhadapan dengan daerah lain dan kekuatan lain.
Nasib rakyat di daerah ini yang tanahnya
subur makmur dan lautannya yang kaya raya ini masih tetap menderita. Ironisnya
mereka justru mengantungkan hidupnya disektor pertanian dan kelautan.
Baik sebagai buruh tani maupun sebagai
buruh marhaen yang punya hasil tanah sendiri namun hasil tanahnya tak cukup
untuk menghidupi keluarganya sendiri. Baik sebagai buruh tani maupun nelayan
mandiri yang berpenghasilan pas-pasan. Mereka yang mayoritas penduduk dinegeri
ini persis seperti ayam yang mati kelaparan dilumbung padi.
Idealnya, kita dapat menswasembada kopi
dan hasil hasil pertanian lainnya maupun hasil hasil tangkapan nelayan. Kita
memiliki potensi untuk melakukan ini. Namun yang seharusnya petani dan nelayan
ini kya raya. Tetapi, sesuatu yang ideal itu tak pernah dapat diwujudkan oleh
pemerintah. Sampai saat ini kita masih miskin di pulau sumatera. Daerah yang
dulunya dikenal sebagai penghasil kopi yang mulai berkembang, kini kembali
terpuruk karena malah fokus ke sector lain yang memang bukan potensi daerahnya.
Laut dan lading pertanian yang menyimpan
potensi luar biasa dan menjadi tempat bergantung mayoritas rakyat lampung ini tidak pernah diurus secara
serius oleh pemerintah. Kekayaannya nyaris dibuat habis untuk mengembangkan
potensi daerah lain.
Rakyat lampung adalah rakyat yang potensial untuk
mendapatkan kemakmuran, kesehjateraan, dan kemajuan Karena kekayaan alam yang
kita miliki di daratan, lautan, dan sungai. Juga kekayaan yang ada di udara.
Masalahnya, pengelola daerah, rakyat dan
pemerintah cenderung mengkhianati kenyataan daerah lampung sebagai daerah yang
memiliki potensi di sektor Kopi maupun kelautan, mengabaikan dan menyepelekan
kenyataan dirinya sebagai daerah yang punya potensi. Kebijakan merekan
(pemerintah) cenderung mengurusi hal hal yang hanya kurang produktif. Bahkan
dengan licik banyak yang berkomplot dengan orang asing untuk merampok kekayaan
yang kita miliki. Dalam konteks ini nasionalis dan patriotisme mereka omong
kosong.
Mungkin ini adalah kenyataan yang sangat
pahit untuk didengar dan dilihat, tetapi sudah seharusnya bagi kita untuk
bergerak pula karena sudah benar adanya menurut Ombusman, miskinnya lampung
saat ini bukan serta merta kesalahan rakyat tetapi juga salahnya pemerintah
yang salah urus didaerah ini. Sudah seharusnya rakyat lampung bergerak untuk
meluruskan salah urus tanah air, karena itu mutlak adanya untuk provinsi
lampung yang berkemajauan.
M.Aqil, Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Lampung
0 komentar:
Post a Comment