Saturday, October 1, 2016

Ladang Kopi Bersemanyam Begal

Lampung saat ini tertinggal dari daerah lain di Sumatera? Itu betul. Daya saing kita belumlah cukup dan juga kalah? Juga betul. Sudah lama sekali dirasakan tapi belum kunjung menjadi kesadaran bersama. Sangking terpuruknya dibanyak hal, sampai kita lupa diri dan tak tahu lagi secara rinci apa saja keterpurukan kita saat ini, diberbagai bidang kita sangat tertinggal. Miris. Bahkan kopinya yang terkenal saja saat ini sudah mulai dilupakan, lupa karena kita saat ini terlalu fokus untuk mencari keuntungan semata, dan melupakan betapa pentingnya potensi daerah yang kita miliki. Saat ini masyarakat lampung telah lupa dengan itu semua, lupa mengenai potensi daerahnya, dan lupa mengenai tugasnya untuk memajukan daerah dengan potensi yang dimilikinya.

Keadaan lampung kini berbeda dengan masa lalu, dimasa lalu lampung dikenal sebagai daerah penghasil kopi yang enak kopinya, kita dikenal karena kopinya, tapi itu dulu.. dan itu hanya masa lalu, bagaimana dengan saat ini? Dikala malam lampung adalah tempat yang mengerikan, malamnya lampung identik dengan lautan darah yang memantulkan cahaynya kelangit, darah itu terus mengalir tiada henti.. darah itu telah membuat kesenjangan sosial, tetapi dilain sisi itu adalah cipratan darah yg telah meringankan beban rakyat yang menderita karena kemiskinannya, dilain sisi darah itu membuat masyarakat lampung pribumi maupun non pribumi untuk bermawas diri, karena telah banyak sekali para korban yang dibunuh secara brutal oleh para kriminalitas benama “Begal”.

Kepingan kepingan dimasa lalu yang sudah terserak karena isu begal yang merajalela itu, akibatnya kini lampung tidak lagi dikenal karena kopinya, melainkan hanya dijadikan bahan mainan untuk diperolok-olokan ataupun ditakuti karena tindak kriminalitas yang cukup massif dimalam hari. Kita makin terpuruk dan semakin terpuruk. Keterpurukan ini sangat berdampak sekali pada daya saing, dalam banyak aspek kita tidak lagi berdaya ketika berhadapan dengan daerah lain dan kekuatan lain.

Nasib rakyat di daerah ini yang tanahnya subur makmur dan lautannya yang kaya raya ini masih tetap menderita. Ironisnya mereka justru mengantungkan hidupnya disektor pertanian dan kelautan.

Baik sebagai buruh tani maupun sebagai buruh marhaen yang punya hasil tanah sendiri namun hasil tanahnya tak cukup untuk menghidupi keluarganya sendiri. Baik sebagai buruh tani maupun nelayan mandiri yang berpenghasilan pas-pasan. Mereka yang mayoritas penduduk dinegeri ini persis seperti ayam yang mati kelaparan dilumbung padi.

Idealnya, kita dapat menswasembada kopi dan hasil hasil pertanian lainnya maupun hasil hasil tangkapan nelayan. Kita memiliki potensi untuk melakukan ini. Namun yang seharusnya petani dan nelayan ini kya raya. Tetapi, sesuatu yang ideal itu tak pernah dapat diwujudkan oleh pemerintah. Sampai saat ini kita masih miskin di pulau sumatera. Daerah yang dulunya dikenal sebagai penghasil kopi yang mulai berkembang, kini kembali terpuruk karena malah fokus ke sector lain yang memang bukan potensi daerahnya.

Laut dan lading pertanian yang menyimpan potensi luar biasa dan menjadi tempat bergantung mayoritas  rakyat lampung ini tidak pernah diurus secara serius oleh pemerintah. Kekayaannya nyaris dibuat habis untuk mengembangkan potensi daerah lain.
Rakyat lampung  adalah rakyat yang potensial untuk mendapatkan kemakmuran, kesehjateraan, dan kemajuan Karena kekayaan alam yang kita miliki di daratan, lautan, dan sungai. Juga kekayaan yang ada di udara.

Masalahnya, pengelola daerah, rakyat dan pemerintah cenderung mengkhianati kenyataan daerah lampung sebagai daerah yang memiliki potensi di sektor Kopi maupun kelautan, mengabaikan dan menyepelekan kenyataan dirinya sebagai daerah yang punya potensi. Kebijakan merekan (pemerintah) cenderung mengurusi hal hal yang hanya kurang produktif. Bahkan dengan licik banyak yang berkomplot dengan orang asing untuk merampok kekayaan yang kita miliki. Dalam konteks ini nasionalis dan patriotisme mereka omong kosong.

Mungkin ini adalah kenyataan yang sangat pahit untuk didengar dan dilihat, tetapi sudah seharusnya bagi kita untuk bergerak pula karena sudah benar adanya menurut Ombusman, miskinnya lampung saat ini bukan serta merta kesalahan rakyat tetapi juga salahnya pemerintah yang salah urus didaerah ini. Sudah seharusnya rakyat lampung bergerak untuk meluruskan salah urus tanah air, karena itu mutlak adanya untuk provinsi lampung yang berkemajauan.

M.Aqil, Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Lampung

0 komentar:


Top