Thursday, September 22, 2016

Berdirinya Marga Marga Kerajaan Lampung

10334454_782386365116342_7398962022880388706_n
Pada Saat Berdirinya Kerajaan Paksi Pak Sekala Brak ini , diwilayah pesisir Krui belum berdiri marga-marga. wilayah ini masih ditempati oleh suku Tumi, yang sebagian merupakan pelarian dari Sekala Brak. Marga marga baru berdiri diwilayah ini diperkirakan pada abad 15 M. mereka berdatangan dari berbagai daerah di sumatra bagian selatan, seperti Palembang, Komering dan Bengkulu.
Sebelum menetap di Pesisir Krui, marga marga ini sempat berpindah pindah dari berbagai tempat di bagian barat Lampung, terutama tempat yang terdapat aliran sungai. Sebagai mana ditulis dalam tambo tambo marga di pesisir Krui-seperti Marga tenumbang, Penggawa Lima, Way Sindi dan Pugung tampak-bahwa mereka juga memerangi suku tumi yang telah lebih dahulu menetap diwilayah ini. sebagian suku tumi ini ada yang merupakan pelarian dari kekalahan mereka melawan Paksi Pak Sekala Brak.
Pada abad 16 wilayah Sekala Brak mengalami masa keemasan dalam hal perdagangan. Keadaan ini terkait kebijakan banten dibwah Sultan Hasanuddin yang menitik beratkan pada pengembangan perdagangan. Terutama setelah ditaklukkanya Sunda Kelapa pada tahun 1527, yang kemudian berganti nama Jayakarta. Sehingga banten memegang peranan lebih penting serta dapat menarik perdagangan lada ke pelabuhannya. Lada merupakan Komoditas Utama perdagangan internasional, yang didatangkan dari wilayah kekuasaan Banten seperti Jayakarta, Lampung, dan Bengkulu.
Banyak Kepala- kepala marga baik di Sekalabrak maupun krui yang melakukan “Siba” atau kunjungan kehormatan ke kesultanan banten. Mereka kerap kali bertukar simbol simbol kenegaraannya. lampung memang pada akhirnya mengakui kekuasaan Banten, meskipun pemerintahannya dijalankan secara otonomi. selain hubungan perdagangan juga dalam hal keagamaan, banyak pemuka adat yang berkunjung dan menetap ke Banten.
Walaupun Islam diwilayah Sekala Brak bukan dari banten melainkan dari utara/pagaruyung. unutk memperlancar hubungan mereka, pada tahun 1570 banten mengangkat “Jemjem”/Jonjom untuk beberapa wilayah Lampung. Jenjm adalah jabatan semacam duta bagi kerajaan banten untuk wilayah wilayah yang dikuasainya. Jenjem Pertama untuk wilayah pesisir krui adalah Ki Arya Wiraraja dan Depati Natanegara.
301883_277924115618361_1134551595_n
Hubungan perdagangan antara Paksi Pak Sekala Brak dengan Kesultanan banten, salah satunya dapat dilihat dalam Piagam Paksi Buay Nyerupa Sukau. Piagam tersebut dibuat tahun 1691 pada masa pemerintahan Sultan Abdul Muahsin Muhammad Zaina Abidin di banten kepada Sultan Nyerupa yaitu Pangeran Si Rasan Pikulun Ratu Di Lampung. salah satu isinya adalah tentang kesepakatan untuk saling membantu, Sultan banten Juga berhak untuk mengangkat dan memecat kepala kepala marga.
Kemelut terjadi ketika VOC ingin menguasai kesultanan banten , sehingga atas bantuan VOC pada tanggal 7 April 1682 Sultan Agung Tirtayasa disingkirkan anaknya sendiri, dan SUltan Haji dinobatkan menjadi SUltan banten. Perjanjian antara VOC dan Sultan Haji menghasilkan piagam tertanggal 27 Agustus 1682 bahwa pengawasan dan monopoli perdagangan rempah rempah atas daerah Lampung diserahkan Oleh Sultan banten kepada VOC.
Bagi Tokoh-tokoh penguasa di LAmpung, berhubungan dagang dengan VOC bukan hal yang menguntungkan, sebab mereka erikat dengan harga yang ditetapkan VOC, seingga mereka lebih memilih berdagang dengan Kesultanan palembang, yang dapat berdagang secara bebas tidak terikat. Maka dalam beberapa ekspedisi dagang kapal kapal VOC ke Lampung selalu gagal.
Persoalan yang dialami VOC bertambah ketika kekuasaan Gubernur East Indian Company ( EIC) Yoseph Callas semakin kuat dibengkulu, terjadi tarik menarik moopoli perdagangan antara VOC dan EIC di Wilayah Lampung Barat. Sampai akhir tahun 1740, EIC mendirikan loji di pugung tampak. karena memang sangat strategis sebab arus perdagangan lada dan rempah rempah yang mengalir ke pasar Banten, melalui pelabuhan krui, membukan kesempatan besar EIC untuk memonopoli perdagangan lada diwilayah ini, yang banyak dipasok dari Pulau Pisang dan Olok pandan.
Pada mulanya perdaganganEIC berjalan lancar sebab menggunakan pendekatan persuasif terhadap marga marga dipesisir krui. salah satunya adalah mengakui eksistetnsi kekuasaan para kepala adat. berbeda dengan kekuasaan belanda kelak. EIC tidak pernah melakukan pemecahan terhadap wilayah marga marga. pengangkatan jurai jurai untuk menjadi kepala marga hanya dilakukan EIC setalah ditetapkan oleh adat. hal ini yang membuat EIC relatif dapat diterima bagi masyarakat adat.
Namun ketika Tahun 1755 terjadilah keributan antara petugas loji dengan seorang warga. tanpa diduga keributan terus berkembang, sehingga memunculkaan perlawanan warga . terutama munculnya Pangeran SIagul-agul yang merupakan Sai Batin marga Way Sindi. mulai saat itulah terjadi peperangan panjang antara EIC dengan marga marga yang dipimpin Pangeran Siagul-agul bahkan dengan sepasukan rakyat yang diambil dari sepanjang pesisir Krui, pangeran memimpin penghancuran Loji-Loji EIC.
Setelah melewati peperangan yang panjang akhirnya EIC mengubah siasat perangnya. meraka mendekati para tetuamarga untuk dapat meluluhkan semangat balatentara Pengeran Siagul-agul, siasat ini memang cukup ampuh, sebab akhirnya pasukan pangeran siagul agul kian melemah dan perlawanan ini berkahir tahun 1758, dengan perjanjian antara pangeran Siagul agul dengan Hew Stuart dari pihak EIC.
Tarik menarik EIC dan VOC masih terjadi di Lampung Barat, tapi keunggulan EIC lebih mendahului memonopoli perdagangan diwilayah Lampung Barat, Perjanjian dengan marga marga juga terus meluas termasuk juga Tahun 1799 Pengeran Natamarga Buay Belunguh Ikut Pula melakukan Perjanjian pada tanggal 13 Maret 1799. Disusul kemudian pangeran Alib jaya Buay Penong dengan surat perjanjian ddo.7 Agustus 1799.
Negeri belanda thun 1795 berhasil ditaklukkan Napoleon, karenanya daerah koloni belanda yaitu Indonesia terancam oleh armada inggris dari calcutta India. Untuk itu, VOC dibubarkan dan pemerintahannya diambil alih oleh pemerintah Kerajaan belanda. Tanggal 18 januari 1807 HW Deandels diangkat menjadi Gubernur Jendral untuk memerintah Hindia belanda dengan Pusat kekuasaan batavia.
Tahun 1811 armada Inggris datng dengan 100 kapal dengan 12.000 tentara dibawah jendral Auchmutty, memporak porandakan pertahanan belanda di batavia yang akhirnya belanda mengibarkan bendera putih, dan ditandatanganilah Kapitulasi Tuntang pada tahun yang sama yang berisi penyerahan pulau Jawa dan sekitarnya yang dikuasai belanda ketangan INggri, dan diangkatlah Thomas Stanford Raffles sebagai Letnan Gubernur untuk daerah Jawa dan sekitarnya. Raffles sempat mengadakan pertemuan dengan kepala kepala marga Lampugng dan banten di banten, pada kesempatan itu raffles mengakui eksistensi kepala marga, untuk mengatur pemerintahannya sendiri.
Tahun 1813 Residen krui disatukan dengan bengkulu. Sehingga seluruh marga dipesisir Krui praktis berada dibawah kekuasaan raffles. termasuk juga wilayah kekuasaan Buay Nyerupa dan Buay Bejalan Diway yang dimasukkan ke keresidenan Krui. meskipun Wilayah kekuasaan Buay Pernong dan Buay belunguh tetap dibawah Pemerintahan belanda, yaitu Afdelling Komering Ulu Palembang.
Bersamaan dengan peristiwa tersebut , di wilayah pesisir Krui, penduduk asal kembahang mendirikan marga Ngambur. dari Wilayah marga Buay Nyeryupa juga didirikan marga Ngaray, bengkunat, belimbing, Pugung Bandar dan Pugung Malay. Selanjutnya didekat Way Krui oleh penduduk Pawuh, Liba haji, semangka dan bengkulu didirikan pula 4 kampung, yaitu kampung Pawuh, kampung Liba Haji, Kampung Semangka dan Kampung Bengkulu.
Berjarak satutahun kemudian, Gelombang perang di Eropa berkahir, Kaisar Napoleon Bonaparte akhirnya tumbang dan dibuang ke pulau elba. akibantnya banyak terjadi perjanjian perjanjian antara inggrisa dan belanda, tahun 1824 terjadi kembal perjanjian antara Inggris dan Belanda yang dituangkan dalam ( Treaty of London), Traktat London atau Perjanjian London, salah satu kausulnya adalah Keharusan belanda menyerahkan malaka kepada inggris sebagai gantinya belanda diberikan hak untuk mendapatkan wilayah Bengkulu.
Setahun kemudian menyebarlah surat Plakat ompeni Inggris di Bengkulu, yang memberitahukan kepada semua kepala marga marga bahwa telah terjadi pertukaran daerah dan pimpinan dari kompeni inggris kepada belanda. mulai dari hari dan bulan tersebut, berkuasalah belanda memerintah dan memimpin marga marga termasuk juga Buay Nyerupa dan Buay Bejalan Diway yang sebelumnya masuk dalam kekuasaan Inggris di bengkulu.
Pada masa inilah banyak berdiri marga marga baru. Pola sekarang terkait dengan Siasat Licik Belanda untuk melemahkan kekuatan penduduk yang terhimpun dalam pemerintahan adat, khusunya Kerajaan Adat Paksi pak Sekala Brak. Sehingga apabila terdapat marga yang memiliki wilayah yang cukup luas, oleh belanda segera dilakukan pemecahan kekuasaan masyarakat adat dengn membentuk marga baru. sehingga banyak pekon pekon yang merupakan perkampungan kecil, diangkat statusnya menjadi marga. pada saat itu marga marga diwilaya Krui terdiri dari :
  • Belimbing,
  • Bengkunat,
  • Ngaras,
  • Penggawa Lima ( Perpas, Negeri, bandar, menyancang dan pedada) ,
  • Ngambur,
  • Tenumbang,
  • way Sindi,
  • Pugung Tampak,
  • Pugung Bandar,
  • Pugung Malaya,
  • Sukau,
  • kembahang.
Termasuk juga 4 kampung yang terletak didekat Way Krui misalnya: kampung pawuh, Kampung Semaka, Kampung Liba Haji, Kapung bengkulu yang masing masing ada penghulunya. Pada tahun 1852, di Krui kembali Berdiri Satu Marga, yaitu marga Way Napal, mereka berasal dari afdeling kaur ( Bintuhan).
Selain melakukan pemecahan wilayah menjadi marga, serdadu serdadu belanda juga melakukan pemerasan terhadap penduduk, sehingga menimbulkan pkebencian dan perlawanan dari tokoh tokoh di Lampung, Seperti Radin Inton (Lamsel0, Batin Mangunang (Kampung Teratas-Semangka), Dalom mangkunegara 1837, namun hingga 1853 kekuasaan Dalom Mangkunegara yang berkedudukan di Bumi Ratu berhasil di hancurkan belanda.
Di Kerajaan Paksi Pak Sekala Brak sendiri perlawanan terhadap belanda juga terjadi, salah satunya di pimpin oleh Sultan Ali Akbar Hidayatullah Waliyullah, Jurai ke16 dari Buay Nyerupa.Tahun 1868 Beliau melakukan perang gerilya diwilayah Gunung Pesagi, Gunung Seminung, Belalau sampai ke Pugung Tampak, belanda mengajak berunding Sultan Ali Akbar agar melakukan perdamaian. kan tetapi tawaran tersebut ditolak, kecuali belanda tidak memeach belah kekuasaan Paksi.
Permintaan tersebut tentu ditolak, dengan siasat liciknya belanda menangkap Sultatan Ali Akbar dan dibuang kemuko muko bengkulu selama dua tahun, didalam pembuangannya Sultan Ali Akbar miminta izin kepada belanda untuk menunaikan ibadah haji. Diiringin oleh para pangeran pagar alam, beliau berangkat melalui pelabuahn Menggala. Namun Takdir membwanya wafat ditanah suci, masyarakat buay nyerupa mengenangnnya dengan ungkapan “terbang burung, terbang sangkarnya” .
Masyarakat Paksi pak Sekala brak memang tengah mengalami kegoncangan, Politik “devide at Impera, dengan memecah belah wilayah kekuasaan paksi juga belanda dianggap telah terlalu campur tangan dan tidak menghormati sistem pemerintahan masyarakat adat. Miasalnya dengan peraturan mengenai pangkat pesirah bagi marga marga.
Gouvernments besluit ddo.6 Maar n.18, ( Maklumat Gubernur jendral tertanggal 6 Maret 1844. No. 18), melarang Paksi Pak memakai nama Kerajaan dan dilarang :
  1. Pangkat Maharaja dan Raja pada Kebuayan dan marga marga tidak boleh lagi dipergunakan.
  2. sebutan bagi pemimpin masyarakat adat adalah Pesirah.
  3. Blanda berupaya menanamkan nilai nilai kepercayaan ajaran kristiani di sekitar Kerajaan Paksi Pak Sekala Brak / Lampung Barat.
Politik Devide at Impera salah satunya dilakukan dengan memecah Paksi Buay nyerupa dengan Membentuk Marga Liwa, Marga ULu Krui, Sukau dalam wilayah Kepaksian Nyerupa juga menjadi marga Sukau dengan Pesirah H. Abdl, Hamid. Meskipun bebrbetuk marga, Walaupun scara adat meraka sebenarnya masih mengakui sebagai keturunan dari Buay Nyerupa.
Sebelumnya pada tahun 1860, di Krui Berdiri Marga Pasar Krui yang memerintah empat buah kamung, yaitu, Pawuh, semangka, liba haji dan bengkulu namun kemudian pekon tersebut juga dijadikan Marga. pada tahun 1871 didirikan pula marga Penggawa Lima Ulu, Penggawa Lima Ilir, Penggawa LIma Tengah, yang merupakan pecahan dari marga Penggawa Lima.
Pada tanggal 17 Oktober 1879 Buay Pernong dan Buay Belunguh yang sebelumnya termasuk kedalam wilayah afdeling Muara Dua Palembang, dimasukkan kembali kedalam wiwlayah kekuasaan residen bengkulu, terjadi pada masa Sultan Sampurna Jaya yang memerintah Buay Pernong dan Sultan bala Seribu IV yang memerintah Buay Belunguh. Saat itu terbentuk Pula marga baru yaitu Marga Suoh yang merupakan pecahan dai buay Pernong, meskipun marga suwoh hanya bertahan setengah abad sebab pada 4 April 1933 marga ini dimatikan dan disatukan Kembali dengan Buay kenyangan.
Memasuki awal Abad 20, ditandai dengan lahirnya politik etis. Politik ini merupakan politik balas budi Belanda kepada bangsa Indonesia. Karena Bangsa indonesia telah menylamatkan Belanda dari kesulitan keuangan sehingga bukan hanya hutang terbayar tetapi belanda juga dapat membangun ekonominya dengan baik. Gagasan politik ini pertama kali diungkapakan oleh Van Dedem sebagai anggota parlemen belanda.
Politik etis akhirnya juga memaksa pemerintah Hindia belanda di Lampung Barat mengalami perbaikan dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. Salah satunya pada tahun 1927 Dilakukan Pembuatan jalan sepanjang 8 KM di Buay Pernong, yang menggerakkan 270 tenaga kerja. serta pembuatan sawah sawah baru didataran Tuning Liwau Bulan Bara, Hanibung, Remelai, dan Sebakow. ahun 1929 Sultan Pangeran SUhaimi dari buay pernong mendapat penghargaan dari Belanda karena dianggap meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mebangun pasar yang terletak di Ujung pekon balak.
Tahun 1922, Pulau Pisang hendak dipisahkan dari marga Way SIndi untuk dibentuk menjadi marga tersendiri. Dengan Alasan bahwa Pesirah marga Way Sindi bernama Burhanuddin gelar Radin Indera nata, mengaku tidak dapat memerintah wilayah yang berada ditengah pulau tersebut.
Namun secara adat, Pesirah marga Pulau Pisang masih keturunan jurai dari Marga Way SIndi. HIngga kini marga Pulau Pisang tetap berpegang teguh kepada marga Way Sindi, walaupun pemerintahannya tidak algi dibawah pemerintahan Marga Way Sindi. hal tersebut tertuang dalam Perjanjian kedua Marga ddo.12 Oktober 1933.
Tahun 1928, memberlakukan kebijakan baru mengenai wilayah kekuasaan Marga marga, yaitu berdasarkan geneologis-teritorial menjadi teritorial-geneologis. Setiap marga dipimpin oleh seorang kepala Marga yang diangkat atas dasar pemilihan punyimbang punyimbanga dat yang bersangkutan. Sejak saat itu marga marga yang terdapat di lampung Barat antara lain adalah:
Buay belunguh, Buay Pernong, Buay Bejalan Diway, Buay Nyerupa, Liwa, Suwoh, Way SIndi, La’ai, bandar Krui, Pedada, Ulu Krui, Pasar Krui, Way Napal, Tenumbang, Ngambur, Ngaras, bengkunat, belimbing, Pugung penengahan, Pugung Malaya, Pugung Tambak dan Pulau Pisang.

Sumber : Pada Mulanya Skala Brha Sejarah Masyarakat Adat Lampung Barat. Penulis : Yhannu Setiawan , Khairul Setiawan, Anwar Anas, Andi M Windharsa

2 komentar:

Raden Cili said...

Marga way tenong nya mana
Kok gak di tulis ??

Anonymous said...

Lengkapi juga dengan Nama nama pesirah selama ini di pulau pisang. Begitu juga sejarah keramat keramat yg ada di sana


Top